Senin, 10 September 2012

Tak Ingin Pergi


                Huaaam, hari sudah pagi, mamah membangunkan aku dari tidurku. Aku bangga memiliki mamah seperti dia, mamah ku yang cantik, baik, slalu ada untukku, aku sayang mamahku .
Pak Mamat sudah menunggu aku didepan rumah untuk mengantarkan aku kesekolah. Pak Mamat supir ku yg paling baik, Pak Mamat setia mengantar dan menjemputku sekolah. Selama ini banyak sekali orang orang yang menyayangi aku. :)
Oh iya namaku Sekar Alisha Pratiwi atau orang orang sering menyapaku Icha. Aku seorang siswa yang duduk dibangku kelas 2 SMP, sudah 3 tahun aku terserang penyakit kanker otak. Kepalaku sering sakit. Mamah sayang sekali sama aku, mamah selalu melakukan apapun agar aku bisa lepas dari penyakit itu . Aku anak tunggal, wajar jika mamah sangat menyayangi aku.
             Sesampainya di sekolah .. “Ichaaa..” Panggil seseorang dari kejauhan sana, yaa dia adalah Rena sahabatku sejak kecil. Rena sahabatku paling baik. Dia slalu menghibur aku saat aku sedih. Aku bangga memiliki sahabat seperti Rena. Rena menerima aku apa adanya, meskipun kondisi ku seperti sekarang ini. “Iya Ren, knapa ?” Tanya ku. “nggak apa apa koq, cuma manggil, hehe. Masuk yuk udah mau bell nih .” Ajak Rena padaku.
......Sesampainya dikelas .. “Ren, nanti pulang sekolah kamu ada kegiatan lain nggak ?” Tanya aku pada Rena. “Emmm, nggak tuh, emang kenapa, cha ?”Jawab Rena. “Nggak apa apa, main kerumahku yuk aku bete nih, mamah papahku lagi pada sibuk, aku dirumah sendirian. Mau ya ? Pliss.” Pintaku pada Rena sambil memohon. “Iya iya, ga segitunya juga kali, hehe, buat sahabat aku apasih yang nggak ?” Jawab Rena ramah. “Makasih ya sayangku, kamu itu sahabat aku yang paling baik dan cantik, hehehe.” Kata ku sambil memuji. “Idih kan kamu kalau ada maunya aja baru muji, huh” Kata Rena sambil tertawa kecil. “Heheh, tapi seneng kan dipuji?” Kata ku ikut tertawa menggoda. “Hhh, iyadeh apa kata kamu aja” Jawab Rena malu.
Teeeet, bel istirahat sekolah pun berbunyi. Aku yang sedari tadi menulis nulis di buku harianku pun tak mendengar bunyi bell. “Hooi ngapain sih ? Daritadi nulis nulis mulu, apaansih isinya pengen tau deh” Tanya Rena menggoda. “Eh aa emm, mau tau aja sih kamu” Jawab aku kaget sambil menutupi kertas itu. “Yah gitu ya sekarang main nya rahasiaan.” Kata Rena sambil manyun jelek. “Ih apasih, jelek nya keluar tuh manyun manyun, nggak ini rahasia pribadi, aku gabisa ngasih tau kesiapa siapa sebelum waktunya tiba.” Jawab aku sambil sedih. “Eh Icha, kamu kenapa koq tiba tiba sedih ? Nggak apa apa koq kalau ga mau ngasih liat, aku cuma bercanda doank.” Jawab Rena sambil menghibur aku. “Emm, nggak apa apa, udah yo kita ke kantin, keburu bel masuk lagi.” Kataku.
Sebenarnya isi dibuku itu tentang surat kecilku untuk orang orang yang aku sayangi dan yang menyayangiku. Aku nggak mau ngasih tau ke Rena dulu sebelum waktunya tiba. Maafkan aku Rena, ini belom saatnya.
“Cha, mau makan apa ? Kita pesen yo” Ajak Rena. “Emmm, yaudah deh.” Kataku. Diwaktu Rena ingin menghampiri Ibu Kantin aku melihat Revan, Revan itu cowo idaman aku dari pertama kali aku masuk SMP, ya meskipun Revan nggak pernah tau kalau aku suka sama dia. Revan itu ganteng, baik, putih, tinggi. Pokoknya perfect banget dia dimata aku. Revan juga anaknya asyik, sayangnya Revan beda kelas sama aku, aku kelas 8.2 sedangkan dia 8.5, tapi aku slalu berharap kelak Revan akan jadi milikku, selama ini Revan perhatian banget sama aku, nanyain kabar aku, dan lain lain, aku berharap Revan bisa suka dan sayang sama aku. Upps ngarep lagi deh. Hehe. “Eh, cha kamu liatin siapa sih ?” Tanya Rena penasaran. Aku masih tidak menjawab, karena bengong menatapi Revan. “Oh Revan, (sambil melirik kearah Revan), huss, Icha, kamu nih, mikirin Revan mulu deh, tuh baksonya udah dateng” Kata Rena sambil menggoda kecil. “Aaa iya, emm anu, eh apaya. Aduh koq aku jadi gajelas gini sih ?” kata ku ngaco. “Ih loh, kamu nih, gajelas deh, udah ah ayo makan baksonya, ntar keburu dingin” Kata Rena sambil ketawa kecil.
              Teeet...... bel pulang sekolah berbunyi, aku segera menghampiri Rena yang sudah daritadi keluar kelas. “Rena tungguin donk, jadi gak kerumah aku nya ?” Kata ku sambil mengejar Rena. “Eh iya maap cha, aku lupa, hehe” Kata Rena cengengesan. “Hahehahe, jadi orang pelupa mulu ih, belom tua juga.” Kata ku kesel. “Haha, kan udah minta maap” Kata Rena sambil tertawa. “Huh.”
Sesampainya dirumahku.. Ngekk, Rena yang lancang membuka pintu rumahku. “Astaga Rena, kebiasaan buruk mu ya. Sembarangan buka pintu rumah orang.” Kata ku sambil lelah. “Eh yaampun, iyadeh yang tuan rumah, tuh masuk duluan, huh” Kata Rena ngambek.”Jiahaha Rena ngambek ye ? Wkwkwk, bercanda ren, hahahah.” Kataku tertawa geli. “Huh, bercandanya nggak lucu,” Kata Rena kesal. “Ish Rena aku kan bercanda, maap deh maap” Kataku menggoda. “Yayayaya aku maafin, haha” Kata Rena sambil tertawa. Rena itu anaknya asyik diajak bercanda, nggak gampang marah, dia masih bisa ngerti aku. Hmm.
                  Hari sudah semakin sore, mamah ku pun sudah pulang, Rena pamitan pulang kepada mamah yang juga sudah mengenal Rena sedari kecil. “Tante aku pulang dulu ya, udah mau maghrib nanti dicariin, makasih ya tante, maaf ngerepotin.” Kata Rena sambil berpamitan ke mamah. “Oh iya gapapa sayang, hati hati ya” Kata mamah kepada Rena.
                Kukuruyuuuk, hari sudah pagi, sudah pukul 06.00, mamah membangunkan aku seperti biasanya. Mamah sudah menyiapkan sarapan pagi dan air hangat untukku.
Semalaman aku gak bisa tidur, kepalaku sakit sekali, mungkin penyakit itu datang lagi.Tapi aku mencoba menahan rasa sakit itu tanpa mengeluh ke mamah ataupun papah, karena mereka sudah tidur kelelahan.
                Sesampainya disekolah aku langsung menuju kekelas, masih jam 06.45 pagi, Rena belum datang, sambil menunggu Rena aku melanjutkan tulisanku yang kemaren, karena semalem aku tidak sempet melanjutkannya. Saat aku hendak menulis beberapa huruf, Revan lewat kelasku, dia senyum padaku dari kejauhan, namun tiba tiba Rena datang, langsung saja aku menutup buku tadi, dan untunglah Rena tidak sempat melihat apa yang aku lakukan tadi, karena aku gak mau melihat Rena sakit hati karena aku menutupi Rahasia ku kepadanya. “Eh cha, kamu ngapain, koq tumben udah datang ?” Tanya Rena heran. “Loh koq tumben ren ? Bukannya emang tiap hari aku datang jam segini ya ? Kamu tuh yang tumben koq datangnya telatan ? Gak kayak biasa nya” Jawabku. “Ah masa sih, emang sekarang jam berapa ? (Sambil melihat jam di ponselnya itu yang menunjukan pukul 06.50), Oh yaampun, hehe aku lupa cha.” Kata Rena dengan tampang bloonnya itu sambil meletakan tas nya begitu aja di meja. “Aduh cape deh, oh iya kenapa koq tumben telat ?” Tanya aku heran. “Hmm, anu semalem aku tidurnya telat. Aku nggak bisa tidur, aku mikirin kamu terus, nggak tau kenapa” Kata Rena bingung. “Hah ? Koq bisa, iya sih semalem aku juga gak bisa tidur.” Jawab ku. “Nggak tau deh kenapa aku bisa mikirin kamu, aku takut kamu kenapa kenapa di malam itu, aku pengen sms kamu, tapi takutnya kamu udah tidur” Kata Rena serius.
Yaampun koq bisa ya Rena mikirin aku disaat aku juga lagi sakit kepala. Apa Rena punya ikatan batin sama aku ? Tapi ah gak mungkin, Rena itu sahabat aku, ya mungkin saja karna dia sudah dekat sama aku sejak kecil,
          Teeeeet bel pulang pun berbunyi, Rena mengajak ku jalan jalan, tapi aku tidak mau, soalnya kepala ku sakit sekali. Aku segera menghampiri Pak Mamat yang dari tadi setia menungguku di gerbang sekolah, aku segera membuka pintu mobil dan masuk kedalam mobil ku itu.
Sesampainya dirumah, aku langsung menuju kekamarku, mamah yang sedang menonton tak ku hiraukan, kepalaku sakit sekali, mataku berkunang kunang, rasa nya ingin mati, aku tak tahan lagi, langsung saja aku menjerit sekeras mungkin sambil menangis kesakitan sambil memegang kepalaku sekuat mungkin. Mamah yang sedang asyik menonton, kaget mendengar suara jeritan yang terdengar dari kamarku, langsung mamah menghampiri kamarku dan membuka pintu itu, langsung mamah menghampiriku dan memelukku, mamah sangat sayang sekali padaku, mamah tak tega melihat aku seperti ini, aku menjerit sambil menangis kesakitan, sakit sekali rasanya. Oh Tuhan penyakit itu menghampiri ku lagi, dan lagi, aku tak tahan dengan semua cobaan ini. Ingin rasanya aku mati saja daripada harus menahan rasa sakit ini. Aku sudah gak kuat ya Tuhan tolong aku. Mamah pun ikut menangis dan segera berteriak memanggil bibi untuk menelpon Papah. Beberapa jam kemudian Papah datang dan langsung segera mebawaku kerumah sakit. Aku sambil menangis sepanjang jalan menahan rasa sakit.
                      Sesampainya dirumah sakit aku diletakan di atas tempat tidur yang berada dirumah sakit. Dokter segera menangani ku, setelah itu dokter menemui Mamah dan Papahku yang khawatir dengan keadaanku. Dokter bilang Kanker Otak didalah tubuhku sudah sangat parah. Kata Dokter hidupku sudah tidak lama lagi sekitar 3 bulan lagi. Mungkinkah semua benar ? Dokter itu kan bukan Tuhan yang bisa memvonis hidup dan matiku, lalu darimana dokter itu tau kapan aku harus pergi meningglkan dunia ini, bukankah Tuhan itu ajaib ? Kapan saja keajaibannya itu dipertunjukan, mungkin kata dokter hidupku mendejaki 5 bulan lagi, bisa saja Tuhan membuat semuanya itu tidak terjadi. Tuhan itu ada, Tuhan itu sayang pada umatnya, dan mana mungkin ia mengambil ku disaat banyak orang yang masih membutuhkanku. Tuhan itu adil, dia sayang sama aku, dia juga sayang sama Mamah, tuhan gak mungkin ngambil aku dari Mamah dan Papah. Aku mendengar perkataan dokter itu tadi, aku tidak percaya kalau hidupku tinggal menunggu waktu. Aku percaya aku masih bisa hidup 100 tahun lagi, aku mau jagain mamah dan papah aku mau membuat mereka bahagia. Mamah menghampiri aku yang sedang berbaring sambil menangis menatap aku. Lalu aku berkata “Mamah, mamah nggak boleh sedih, Tuhan itu sayang sama kita, Tuhan nggak mungkin ngambil aku dari Mamah ataupun Papah, dokter itu bohong, jangan percaya sama dokter, dokter bukan Tuhan, mah, pah. Percaya deh sama aku, aku janji aku gak akan ninggalin Papah sama Mamah, aku sayang Mamah sama Papah, aku gak mungkin ngecewain Mamah sama Papah.” Mamah dan Papah hanya menangis terharu mendengar perkataan ku. 2 bulan kemudian, penyakit itu semakin parah menyerang ku, sudah 1 bulan yang lalu aku keluar dari rumah sakit, seminggu kemudian aku masuk rumah sakit lagi. Karena penyakit itu semakin menyerangku dengat kuat. Aku tak bisa membalasnya. Aku hanya selalu berserah kepada Tuhan, dan.... Oh iya aku lupa, aku belom memberi surat kecilku itu pada orang orang yang menyayangi ku.
Sebulan kemudian penyakit itu semakin terus menyerangku, aku sudah tak kuat lagi menahannya. Dokter menanganiku dengan baik, namun apalah daya seorang dokter, bila itu memang takdir, aku tak bisa diselamatkan, dokter pun menyerah dan putus asa, denyut nadiku sudah tak berdaya. Mamah menangisi aku dengan histeris, semua saudara saudaraku datang ke rumah sakit itu, Rena pun ada disana, semuanya menangisiku. Dokter memberi surat yang aku titipkan ke dia untuk Mamah dan orang orang yang aku sayangi.




Dear Mom and Dad
Mamah, Papah, maafin Icha kalau selama hidup Icha, Icha cuma bisa nyusahin Mamah, dan Papah, Icha minta ini itu, kalau Icha gak diturutin Icha suka ngambek. Gak mau makan, tapi Mamah sama Papah udah baik banget sama Icha. Icha minta maaf nggak bisa nepatin janji Icha, Icha ngak bisa jagain Mamah sama Papah dengan baik, Icha belom bisa ngebahagiain Mamah dan Papah, Icha belom bisa ngebales kebaikan Mamah dan Papah. Maafin Icha ya mah, pah. Icha sayang kalian 



Love
Icha


Dear Rena
Ren, maafin aku ya, kalau selama hidup aku juga pernah nyusahin kamu, aku gatau pengen bales gimana, kamu udah baik banget sama aku. Kamu BEST FRIEND aku banget deh :)

Friend

Icha

Dear Revan

Van, gue sayang sama lo, meskipun lo cuma nganggep gue temen lo, tapi lo segala nya buat gue. Meski menurut lo gue nggak penting.

Icha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar